SUARAJAMBI.COM- Setelah mendapat penolakan warga atas rencana pembangunan Stock File Batu bara oleh PT. Sinar Anugerah Sukses (SAS) di kawasan Aur kenali, Telanaipura Kota Jambi yang ditandai dengan aksi massa pada 6 Januari 2024 lalu, kini kelanjutan dari permasalahan tersebut bak hilang di telan bumi. Ada apa?
Seperti kita ketahui bersama, permasalahan rencana pembangunan Stock file Batu bara oleh PT. SAS di kawasan Aur kenali Kota Jambi mendapat penolakan keras dari warga sekitar dari awal November lalu. Warga beralasan jika rencana tersebut terlaksana akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar.
“Kita akan terus menolak, ini karena lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaat bagi masyarakat, jadi kami warga di Kelurahan Aur Kenali semua sepakat menolak adanya stockpile itu,” kata Ketua Forum RT Aur Kenali, Pitir Ramli dikutip dari detikSumbagsel, Rabu (29/11/2023) lalu.
“Jadi kami semua di RT Aur Kenali semua sepakat menolak, ini kekhawatiran warga ialah ancaman lingkungan dan juga kesehatan dari debu batu bara nantinya,” ujarnya menambahkan.
Koordinator aksi, Jamhuri, dengan tegas menyuarakan penolakan terhadap Stockpile yang dianggap melanggar aturan tata ruang. Dalam orasinya, Jamhuri menegaskan bahwa negara tidak boleh dikalahkan oleh kartel dan kepentingan pribadi, dan demokrasi harus tetap kuat melawan oligarki.Poin penting yang disuarakan adalah penolakan terhadap pembangunan Stockpile yang akan dibangun oleh PT Sinar Anugerah Sukses (SAS). Massa juga mengekspresikan penolakan melalui berbagai tulisan yang mereka bawa, seperti spanduk bertuliskan “Jangan racuni anak cucu kami dengan debu batu bara.”
Aksi ini menunjukkan kekhawatiran warga terhadap dampak lingkungan dan kesehatan akibat keberadaan Stockpile batu bara di daerah mereka. Masyarakat datang dengan harapan dapat bertemu langsung dengan Gubernur Jambi, Al Haris, dan Ketua DPRD Provinsi Jambi, Edi Purwanto.
Mereka meminta pembatalan rencana pembangunan jalan khusus angkutan batu bara dan Stockpile di wilayah mereka, serta menuntut agar suara dan aspirasi mereka dihargai oleh pemerintah.
Dalam rangkaian orasinya, Eko Wahyudi sebagai salah satu koordinator aksi menegaskan bahwa kebijakan tersebut merugikan masyarakat setempat dan tidak sesuai dengan keberlanjutan lingkungan.
Ibnu Kholdun dan Ginda Harahap juga turut menyampaikan keprihatinan dan kekhawatiran masyarakat terhadap dampak lingkungan dan kesehatan yang mungkin ditimbulkan oleh keberadaan Stockpile batu bara di daerah mereka.
Namun kini, entah kenapa permasalahan stock file yang gencar di gadang-gadang tersebut seperti hilang di telan bumi. Telah di penuhikah tuntutan warga Aur kenali atas penolakan mereka? atau ada hal lain? (yes)
Discussion about this post