Oleh : Muhammad Jovan Pradipta, Melina Manalu dan Sindi Setia Rahayu
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Jambi
Pakis sayur (Diplazium esculentum) merupakan salah satu hasil dari hutan nonkayu. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan paku-pakuan yang tumbuh dengan baik pada daerah-daerah dengan tanah yang lembab seperti dikawasan sempandan sungai bahkan lahan pertanian (Turot et al., 2016).
Pakis sayur dikenal sebagai tanaman sayur dan obat dari familiPolypodiaceae yang memiliki pucuk melengkung, ental bersirip ganda, anak daun bundar tumpul, tulang daun membentuk lekukan, ujung daun melancip, sori terletak memanjang atau menggerombol di sepanjang anak tulang daun, pucuk muda dimanfaatkan menjadi sayur dan daun untuk obat perbanyakan dengan spora (Sugito, 2013).
Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan istilah zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. ZPT umumnya efektif pada dosis tertentu dan dapat merangsang pertumbuhan. Namun, jika dalam dosis yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan sebaliknya pada dosis yang rendah tidak efektif (Wudianto, 2000). ZPT berperan penting dalam mengontrol proses biologi dalam jaringan tanaman. Perannyaantara lain mengatur kecepatan pertumbuhan dari masing-masing jaringan tumbuhan(Triani et al., 2020).
ZPT merupakan senyawa sintesis yang mempunyai aktivitas kerja yang sama seperti tanaman. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai ZPT yaitu tanaman pakis sayur (Diplazium esculentum), karena tanaman tersebut mengandung ZPT hormon giberelin yang berfungsi mempercepat perkecambahan biji, membantu pembentukan tunas/embrio, perpanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, pemanjangan batang, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar. Giberelin pada tanaman ini terdapat di semua bagian tanaman pakis sayur (Jelimat dan Ngadiani, 2020).Giberelin berfungsi untuk mendorong perkembangan biji, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun serta mendorong pembungaan dan perkembangan buah. Giberelin juga bermanfaat dalam proses partenokarpi. Peristiwa partenokarpi terjadi karena adanya perkembangan buah terjadi tanpa ada fertilisasi namun perkembangan buah dipicu oleh hormon giberelin (Sasongko et al., 2020).
Giberelin merupakan salah satu fitohormon yang dapat mempercepat pertumbuhan bagian-bagian tanaman. Giberelin mempunyai peranan penting dalam mendukung perpanjangan sel, aktivitas kambium dan sintesis DNA baru, serta pembentukan protein (Sambayu et al., 2021). Giberelin diaplikasikan ke tanaman dengan tujuan untuk meningkatkan komponen hasil tanaman tersebut. Keberhasilan aplikasi giberelin sangat ditentukan oleh faktor internal dan eksternal, salah satu faktor eksternal yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi. Pemberian giberelin pada tanaman tidak semua memberikan respon yang diinginkan. Hal ini tergantung pada masing-masing tanaman yang dapat menerima stimulan pada masa tumbuh tanaman yang berbeda-beda (Ulya et al., 2020). Berdasarkan penelitian Jelimat dan Ngadiani (2020), membuktikan bahwa pemberian ekstrak daun pakis sayur (Diplazium esculentum) yang berbeda pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) berpengaruh terhadap kerapatan stomata dan indeks stomata daun cabai rawit pada perlakuan P3 15% ekstrak daun pakis sayur.
DAFTAR PUSTAKA
Jelimat, B, dan Ngadiani. 2020. Pengaruh Ekstrak Pakis Sayur (Diplazium esculentum SWARTZ) Terhadap Anatomi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Jurnal Stigma. Vol. 13 (2) : 40-45.
Leki, P. T., Y. Makaborang, dan Y. Ndjoeroemana. 2022. Keanekaragaman Tumbuhan Paku (Pteridophyta) di Daerah Aliran Sungai Pepuwatu Desa Prai Paha Kabupaten Sumba Timur Sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal Bioedukasi. Vol. 13 (1) : 43-58.
Sambayu, D. D., Muharam, dan E. Azizah. 2021. Invigorasi Benih dengan Berbagai ZPT Terhadap Cabai Keriting (Capsicum annum L). Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan. Vol. 7 (2) : 288-295.
Sugito. 2013. Kamus Pertanian Umum. Jakarta : Penebar swadaya.
Triani, N., V. P. Permatasari, dan Guniarti. 2020. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Zat Pengatur Tumbuh Giberelin (GA3) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L. cv. Antaboga-1). Jurnal Agrikultur. Vol 3 (2) : 144-155.
Turot, M., B. Polii, dan H. D. Walangitan. 2016. Potensi Pemanfaatan Tumbuhan Paku Diplazium esculentum Swartz (Studi kasus) di Kampung Ayawasi, Distrik Aifat Utara, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat. Jurnal Agri-Sosial Ekonomi Unsrat. Vol. 12 (3) : 1-10.
Ulya, P.D., W. Slamet dan Karno. 2020. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Keriting (Capsium Annum L.) Pada Konsentrasi dan Lama Perendaman Giberelin yang Berbeda. Jurnal Agro Complex. Vol 4. (1) : 23-31.
Wudianto. 2000. Membuat Stek Cangkok dan Okulasi. Jakarta : Penebar swadaya.
Discussion about this post